Kajian Iftitah Pengajian Ahad Pagi oleh “H. Anang Wahid Cahyono., LC, MHI. Ahad (2/6/2024).
Pengajian Ahad Pagi dilaksanakan pada hari Ahad, 2 Juni 2024 yang bertempat di lapangan Desa Jambu, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek. Yang menjadi narasumber adalah Prof. Dr. H. Biyanto, M.Ag. selaku Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Pengajian ahad pagi selalu diawali dengan kajian iftitah. Kajian iftitah kali ini di sampaikan oleh Guru kita, Ayahanda Al-Ustad H. Anang Wahid Cahyono, LC, MHI. yang merupakan wakil ketua PDM Trenggalek dan Dosen Fakultas Ekonomi Syariah UIN Satu Tulungagung.
Dalam isi kajiannya beliau menyampaikan 3 hal penting yang menjadi titik fokus dari warga persyarikatan dan yang menjadi perhatian serta harus ada dalam persyarikatan Muhammadiyah. Tiga hal tersebut diantaranya:

1. Masalah Dakwah
Beliau sampaikan apakah yang sekiranya menjadi kurang dari dakwahnya di Muhammadiyah itu? Pertayaan besar yang kemudian beliau bantu menjawab dengan dalil yang terdapat dalam Q.S Fussilat ayat ke-33, yang dimana Allah SWT mengingatkan kita melalui ayat tersebut yang artinya “Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri”. Maka ayat tersebut kemudian ditafsirkan oleh Syekh Mustofa Al-Maraghi “Manusia terbaik dihadapan Allah, adalah manusia yang berkumpul padanya tiga perkara (tiga ke-Istimewaan) didalamya”.
Tiga perkara yang dimaksud disini adalah:
a. Yang pertama: orang yang senantiasa mengajak untuk men-Tauhidkan Allah SWT dan mentaati Allah SWT. Ustad sampaikan bahwa, Muhammadiyah dari awal sampai saat ini konsisten memerangi tahayul, bid’ah dan kurafat (TBC) tidak ada perubahan didalamnya. Muhammadiyah terus dan tetap istiqomah untuk menegakkan, membersihkan, memurnikan Aqidah.
b. Yang kedua: orang-orang yang istiqomah mengerjakan amalan-amalan sholeh. Contoh sederhananya dari pengamalan amal sholeh adalah “Datang kemudian diberikan makan” itu bagian dari amal sholeh. Dan Muhammadiyah senantiasa berusaha untuk terus melakukan hal kebaikan demikian. Hal sederhana lain yang dilakukan persyarikatan Muhammadiyah dalam menjaga keutuhan bersama adalah “Muhammadiyah selalu hadir, datang bukan hanya untuk umat Islam, namun untuk Rahmatan Lil Alamin.” Begitulah cara Muhammadiyah memberikan kebermanfaatan untuk siapapun yang berada disekitarnya.
c. Yang ketiga: dia yang komitmen/konsisten dengan Islam dan dia mampu menjaga ke-Islamannya itu sampai dia meninggal dunia.

2. Cara Dakwah di Muhammadiyah
Merujuk firman Allah di surat An- Nahl ayat: 125, yang artinya “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” Maka hal ini jika kita tafsirkan dalam cara dakwah Muhammadiyah adalah bahwa di Muhammadiyah berdakwah perlu menggunakan ilmu yang terdapat dalam Al-qur’an dan Hadits, ora “Ngawur”. Muhammadiyah menggunakan strategi yang tepat sehingga dakwah dirasa ringan untuk diterima di semua kalangan masyarakat.
a. Berdakwah dengan hikmah: berdakwah dengan bijak, melihat, memperhatikan suasana, situasi, kondisi tertentu agar dakwah tersebut dapat diterima baik dengan sasaran yang tepat, bukan hanya sebatas membacakan dalil, namun semata-mata tidak mampu memahami isi dari penjabaran dalil yang disampaikan tersebut. Dengan demikian Muhammadiyah mampu diterima dimana saja, Muhammadiyah mampu untuk terus berkembang luas dengan dakwah bijak yang di sampaikannya.
Ustad juga menambahkan bahwa, cara-cara Muhammadiyah berdakwah bukan hanya diatas mimbar saja, tetapi melalui Amal Usahanya. Dengan mendirikan Rumah Sakit dan lain halnya. Ini salah satu bagian dari cara dakwah Muhammadiyah, yang memberikan kebermanfaatan untuk banyak orang bukan hanya dari warga Muhammadiyah saja, tapi untuk seluruh umat manusia. Dan dalam dakwah Muhammadiyah, Muhammadiyah tidak pernah menjelek-jelekkan suatu golongan yang berbeda dengan hanya dilihat dari warna bajunya saja. Tetapi merangkul untuk saling menerima perbedaan dan mengajak pada hal-hal yang sifatnya baik.
b. Berdakwah dengan memperhatikan Aqidah, sebagai akar atau pokok dalam Agama. Apapun yang dilakukan dalam berdakwah “Hanya niat karena Allah SWT” dan itu yang selalu menjadi landasan dalam berdakwah di Muhammadiyah. Maka kader-kader Muhammadiyah khususnya nanti yang menjadi penerus perjuangan Muhammadiyah perlu memperhatikan demikan, terus belajar dengan bijak tanpa menjatuhkan satu dengan yang lainnya perihal mengajak kepada kebaikan. Dan seluruh warga di Muhammadiyah pun, sama-sama saling menguatkan, mengingatkan dalam hal berdakwah yang bijak di masyarakat dimana saja tempatnya.

c. Berdakwah dengan memperhatikan Akhlak, sikap hidup kepribadian manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh Aqidah yang kokoh.
Dalam hal ini, Muhammadiyah punya prinsip, tetapi tetap mengedepankan pada Akhlaq, Muhammadiyah itu tidak mudah untuk mengkafir-kafirkan suatu golongan ataupun kelompok lain; tidak gampang untuk menjelek-jelekkan tokoh agama ataupun ustad-ustad yang lain. Muhammadiyah mengajarkan untuk mengambil ilmu dari mana saja, dari siapapun orang yang mengisi untuk dikaji diambil pelajarannya selama itu baik dan tidak merusak golongan ataupun kelompok tertentu.
Hal inilah yang mampu membuktikan bahwa Muhammadiyah tidak eksklusif, Muhammadiyah mampu menerima kebenaran dari siapa saja, selama itu tidak menyimpang pada landasan Al-Qur’an dan Sunnah sesuai apa yang Allah perintahkan. Ustad Anang juga menegaskan “Lihat apa yang dikatakan, tanpa kita melihat siapa yang mengatakan!” Muhammadiyah lebih menjaga kedamaian dari pada saling menjelek-jelekkan dan menjatuh-jatuhkan antara satu dengan yang lainnya.
Sebelum kajian Iftitah di akhiri oleh Ustad Anang, beliau berpesan pada seluruh jama’ah yang hadir dalam pengajian ahad pagi 2 juni 2024 secara langsung maupun secara siaran (live) bahwa, “Warga Muhammadiyah, berendah dirilah, tundukkan diri kita. Jangan pernah kita sombong. Contohlah seperti bintang yang ada dilangit, ketika bintang itu terpantul cahayanya oleh sungai maka kita akan melihat kebawah disitu akan tampak bintang. Jangan seperti mendung awan, yang ia terus meninggi dan terus meninggi, sementara dia tidak ada manfaatnya sama sekali. Maka jadilah warga Muhammadiyah yang berkualitas, yang bermanfaat tetapi ia tetap rendah diri, rendah hati.”