KHUTBAH ‘IDUL ADHA 1444 H: Mencontoh kesalehan keluarga Ibrahim AS Dalam kehidupan Masa Kini 

Teks ini ditulis oleh: Ust Anang Wahid Cahyono, Lc. M.H.I.

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ بالله مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ * أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه * اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى  *  يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ *  يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا*  يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا *  يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd !

Hadirin yang dirahmati Allah swt.

Bersyukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk kesekian kalinya, berjumpa dengan hari raya idul adha. Kesyukuran yang tiada terhingga, tahun ini kita dipertemukan dengan hari raya kurban, dalam keadaan sehat, aman damai dan sentosa. Teringat sabda Rasulullah SAW:

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ امِنا فِى سِرْبِهِ , مُعَافٍ فِى جَسَدِهِ, عِنْدَهُ قُوْتٌ يَوْمِهِ, فَكَأنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

siapa yang bangun di pagi hari, mendapatkan lingkungan tempat tinggalnya aman, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk dimakan hari itu, seakan dia telah memiliki dunia seisinya (HR Bukhari)

Sementara sebagian saudara kita hari ini, masih berada di tempat-tempat pengungsian, karena terkena musibah gempa, jangan kan untuk menyembelih hewan kurban, untuk makan saja mereka harus menunggu uluran tangan para muhsinin. Oleh karena itu, kita doakan, semoga Allah memberi ketabahan dan kesabaran kepada saudara-saudara kita yang berada di Lombok, Allah berikan ketegaran kepada saudara-saudara kita yang sedang berjihad di Palestina, kita doakan, semoga kaum muslimin di seluruh dunia, selalu mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan. Amin.

Ma’asyirol muslimin!
Kisah haji adalah kisah pengorbanan, sama sebagai-mana sejarah qurban itu sendiri. Tidak ada yang dapat menyuburkan iman seorang mukmin sebaik pengorbanan, seperti pupuk menyuburkan tumbuhan. Seseorang yang berjiwa besar sangat sadar bahwa kemuliaan, kepemimpinan dan kebahagiaan tak mungkin diraih tanpa pengorbanan. Ujian merupakan syarat naik jenjang dan kepangkatan di hadapan ALLAH dan di tengah umat manusia. ALLAH berfirman ( 2;124)

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon ju-ga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim“.

Ya! Sosok Ibrahim merupakan tokoh sentral terjadinya ibadah kurban.  Bukan hanya ketika merelakan putra belahan jiwanya untuk disembelih, akan tetapi perjalanan Ibrahim kecil sampai dengan usia dewasa ketika telah menjadi Nabi, merupakan perjalanan yang tidak pernah lepas dari ujian dan pengorbanan.

Bukan hanya sosok Nabi Ibrahim, akan tetapi orang-orang yang ada di sekitarnya, yaitu anaknya Ismail, dan Istrinya Hajar, adalah inspirator bagi keluarga masakini, dalam rangka mewujudkan keluarga yang diridhai oleh Allah SWT.

Ada Istilah, “tak kenal maka tak sayang” maka sangat penting kiranya para ayah dan suami, mengenal sosok Nabi Ibrahim AS, menjadi sebuah  keniscayaan, bagi para istri untuk mengenal sosok Hajar, sedangkan anak-anak dan kaum muda, haruslah mengidolakan sosok Ismail AS.

Kisah Ibrahim dan keluarganya, memberikan inspirasi kepada keluarga masa kini, bagaimana seorang ayah harus bersikap, bagaimana seorang  istri dan ibu harus bersikap, dan bagaimana hendaknya seorang anak berinteraksi dan bersikap.

Pertama:  Bagaimana seorang ayah harus besikap?

Ibrahim adalah sosok suami, sekaligus ayah yang luar biasa. Bagaimana tidak?  Demi mentaati perintah Allah SWT, Dia membawa istrinya Hajar dan anaknya yang waktu itu masih dalam keadaan menyusu kepada ibunya, ke satu lembah yang tidak ada tanaman dan manusia di dalamnya. Allah SWT berfirman:

رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ -٣٧-

Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah- mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim 37)

Hadirin yang dimuliakan Allah!

Bukannya tanpa tujuan. Alasan fundamental nabi Ibrahim mengisolasi keluarganya ke tempat yang jauh dari kehidupan manusia di dekat Baitullah yang suci, adalah agar terwujudnya tiga hal sebagaimana yang disampaikan dalam ayat diatas.

1. Agar mereka mendirikan shalat.

Betapa berat beban seorang ayah. Dimana dia adalah penanggung jawab utama atas baik buruknya seorang anak.  Maka Ibrahim mengisyaratkan bahwa pondasi yang harus ditanamkan kepada seorang anak, agar kelak menjadi manusia yang shalih, adalah dengan mengajarkan shalat kepadanya. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقاً نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى -١٣٢-

Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang Memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.”

(QS Thaha 132)

Rasulullah SAW bersabda:

مُروْا أوْلَادَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أبْنَاءُ سَبْع سِنِينَ, وَاضَرِبُواهُمْ عَليْهَا وَهُمْ أَبْناَءُ عَشْر, وَفَرّقُوْاهُمْ فِى المَضَاجِعِ

(perintahkanlah anak-anak mu untuk mengerjakan shalat dan mereka berumur 7 tahun, dan pukullah mereka tatkala telah berumur 10 tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka (HR Ahmad)

2. Agar Manusia cenderung (condong) kepadanya

Kesinambungan dari kualitas shalat yang baik adalah, terbentuknya akhlak yang mulia pada diri seorang anak. Seorang yang baik shalatnya maka akan terjaga dari sifat keji dan mungkar. Firman Allah SWT:

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ -٤٥-

Bacalah Kitab (al-Quran) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS al-Ankabut 45)

3. Setelah shalat didirikan, kemudian manusia cinta kepadanya, maka Ibrahim memohon kepada Allah, agar anak keturunannya, diberikan rezeki untuk keberlangsungan kehidupan, dan kelancaran ibadahnya.

Inilah sikap seorang bapak, yang menginginkan kemuliaan anaknya. Dia rela berpisah, berjauhan dengan buah hatinya. Dia yakin, bahwa lingkungan yang baik, sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian, dan akhlak seorang anak. Tempat yang jauh dari ganggungan, dan segala macam godaan dunia.

Maka hendaknya para bapak masakini, mensuri tauladani apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. Bapak yang baik bukanlah bapak yang memanjakan anaknya, menuruti segala keinginannya, memberikan fasilitas yang mewah, bahkan terkesan kalah dengan kemauan-kemauan anak. Memang, pendidikan hari ini sangatlah berbeda dengan kondisi di zaman nabi Ibrahim AS, akan tetapi paling tidak, nilai-nilai itu bisa ditiru oleh para bapak yang hidup di zaman modern ini.

Kedua: Bagaimana seorang ibu bersikap?

Hajar adalah sosok ibu ideal, yang sangat meng-inspirasi para ibu shalihah masakini. Bagaimana tidak, mari kita baca episode perjalanan keluarga Ibrahim yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhori sebagai berikut:

“…… kemudian Ibrahim membawa isterinya beserta anaknya (Ismail AS) yang sedang disusukannya, sampai ia meletakkannya di Baitullah di Dauhah, diatas Zamzam (yang belum lagi muncul kala itu) di bagian masjid yang paling tinggi. Di Makkah waktu itu belum ada manusia dan belum ada air. Ia letakkan mereka disana. Ia bekali mereka dengan sekantung kurma dan sekan-tung air dan segera bergegas pergi. Ummu Ismail mengikutinya sambil bertanya “Wahai Ibrahim, akan kemana kau pergi me-ninggalkan kami di lembah ini tanpa siapa-siapa tanpa apa-apa ?”. Diucapkannya kalimat itu berulang-ulang, namun ia tak juga menoleh. Akhirnya Ummu Ismail bertanya : ALLAH kah yang menyuruhmu melakukan ini ?” Ia menja-wab : “Ya”. Ummu Ismail berkata : “jika begitu, tentulah Ia takkan sia-siakan kami”,

Seorang ibu yang sedang menyusui, ditinggalkan bersama bayinya yang masih kecil, di tengah gurun pasir yang panas, tidak ada tanaman dan air. Dia menguatkan dirinya dengan ucapan ““jika begitu, tentulah Ia takkan sia-siakan kami”,, seorang ibu yang sangat yakin dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, kuat imannya, taat kepada suaminya, yang meninggalkannya dalam kondisi yang sangat sulit. Dari ibu yang semacam inilah lahir anak-anak keturunan yang shalih, karena dari tanah suburlah, akan keluar tanaman yang baik dan berkualitas. Allah SWT berfirman:

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَالَّذِي خَبُثَ لاَ يَخْرُجُ إِلاَّ نَكِداً كَذَلِكَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ -٥٨-

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana. Demikianlah Kami Menjelaskan berulang-ulang tanda- tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur. (QS al-A’raf 58)

Ibu adalah madrasah bagi seorang anak.  Hafid Ibrahim, dalam dalam bait Qasidah-nya yang berjudul “ al-ilmu wal akhlaq” mengatakan:

الأُمُ مَدْرَسَة إذَا أَعْدَدَتَهَا, أَعْدَدَتْ شَعْبا طَيَّبَ الأَعْرَاقِ

Ibu adalah sekolah, apabila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi yang terbaik

Hadirin yang dimuliakan Allah!

Di pundak seorang ibu, terletak tanggung jawab perkembangan ruhiyah (mental), aqliyah (intelektual), dan jasadiyah (fisik) anak-anaknya. Dia adalah pemimpin bagi anak-anaknya dan rumah tangga suaminya.

Hari ini, banyak diantara para ibu dari kaum muslimin, mulai lupa dengan peran utama mereka. Mereka lupa bahwa mereka adalah ibu dari anak-anaknya. Aktivitas sebagai wanita karier, eksekutif, bisniswoman, praktisi dan sebagainya menjadikan anak-anak mereka terbengkalai pendidikannya, jauh dari belaian seorang ibu, jauh dari nilai-nilai keluhuran dan kasih sayang, sehingga anak menjadi liar tidak tahu aturan, dan akhirnya jadilah anak- anak yang durhaka kepada orang tuanya. Wal-‘yadz billah.

Ketiga : bagaimana seorang anak bersikap?

Keluarga Ibrahim memang bukan keluarga yang kaya,akan tetapi sosok ayah, ibu, dan bahkan anaknya, memiliki kekayaan hati yang melimpah.

Ismail AS lahir dari benih suci seorang nabi, dari rahim wanita yang luhur budi, disertai pendidikan yang baik, maka menjadilah anak yang berbakti. Puncaknya adalah ketika Allah SWT memerintahkan kepada Ibrahim untuk menyembelih Ismail, putra kesangannya. Allah berfirman:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ -١٠٢-

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesung-guhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapak-ku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar“.(QS asShaffat 102)

Paling tidak ada tiga faktor yang dapat membentuk kesalihan seorang anak:

  1. Faktor orang tua, yaitu tanggung jawab, dan keseriusan mereka dalam mendidik dan mengarahkan anak-anaknya, baik dengan memberikan contoh (uswatun hasanah), maupun ajakan dan perintah. Serta selalu memohon kepada Allah untuk kebaikan anak-anaknya
  2. Faktor lingkungan: yaitu dengan menciptakan, dan mengkondisikan lingkungan Islami dan qur’ani, baik di dalam keluarga, maupun lingkungan pergaulan di luar rumah,
  3. Faktor pendidikan: yaitu dengan memilihkan pendidikan yang menanamkan tauhid di usia dininya, serta memilihkan guru-guru yang terbaik, yang dapat meng-inspirasi setiap individu anak-anak kita, sehingga mereka kelak menjadi generasi yang shalih dan shalihah..aamiin..


Demikian khutbah singkat pada kesempatan ini, Semoga kita menjadi hamba Allah yang dapat meneladani keluarga ideal Nabi Ibrahim AS. Amin

. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَآأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاً طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.

 اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.

اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ

 اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ

اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Sebarkan Dakwah