Momen Sumpah Pemuda di bulan Oktober tahun ini dirayakan dengan cara unik oleh siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Plus Gemaharjo. Anak-anak dengan antusias menyelesaikan tugas membuat mainan dari kardus bekas, menyulap limbah menjadi karya tangan yang kreatif dan penuh makna, Senin (28/10/2024).
Salah satu cara untuk merayakan semangat ini dengan cara mengolah limbah menjadi benda unik yang memiliki nilai estetika sekaligus berdaya guna. Kardus bekas, yang biasanya hanya berakhir di tempat sampah, disulap para siswa menjadi mainan penuh kreasi.
“Dari sini, kami meminta siswa-siswi untuk menyalurkan bakat mereka dengan membuat mainan dari kardus bekas yang sudah tidak terpakai, Kegiatan ini diharapkan tidak hanya mengurangi sampah di sekitar, tetapi juga meningkatkan kreativitas dan keterampilan siswa dalam membuat sesuatu yang bermanfaat.” ungkap Mega, guru kelas 5A.

Kegiatan ini juga bertujuan agar anak-anak kembali menikmati permainan sederhana yang tidak mengandalkan perangkat digital, seperti game online. Dengan bahan yang mudah didapat dan biaya minim, para siswa belajar membuat mainan dengan sentuhan kearifan lokal, tanpa harus bergantung pada tutorial daring.
Salah satu siswa, Afiqah, dengan bangga menunjukkan hasil karyanya. Siswa kelas 5 ini berhasil membuat miniatur sepeda motor dari kardus bekas, lengkap dengan detail yang menunjukkan keterampilannya.
“Ustazah, mainan ini aku buat sendiri, loh,” ujarnya.

Selain Afiqah, siswa lainnya juga membuat berbagai karya, mulai dari miniatur tank Palestina, mobil pickup, rumah-rumahan, hingga replika hewan. Para siswa terus berlatih dan mengembangkan kreativitas mereka, berharap bisa menciptakan replika yang lebih besar dan sempurna di kemudian hari.
“Besar harapan kami agar anak-anak terus mengembangkan bakatnya, sehingga suatu hari mereka dapat menunjukkan karya yang lebih baik dalam ajang perlombaan,” tutup Mega, penuh harapan terhadap masa depan kreatif siswa-siswinya.
Editor : Rizka Ayu Fitrianingsih
Tulisan ini adalah karya Gita Mega yang semula berbentuk artikel story telling dan digubah menjadi artikel berita