Seminar Pemberdayaan Ormas Perempuan: Prof. Hesti Armiwulan Tekankan Pentingnya Wawasan Kebangsaan

Trenggalek, 25 Juli 2024 – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Trenggalek menghadiri seminar pemberdayaan organisasi kemasyarakatan bertema “Pemantapan Wawasan Kebangsaan bagi Ormas Perempuan” yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bangkesbangpol) Kabupaten Trenggalek. Acara tersebut diadakan di Aula Balai Benih Ikan Trenggalek dengan dihadiri oleh Prof. Dr. Hj. Hesti Armiwulan, S.H., M.Hum, Ketua Lab HTN dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Surabaya, sebagai pembicara utama.

Peserta kegiatan ini yaitu dari perwakilan 2 orang dari 25 organisasi masyarakat (ormas) perempuan di Kabupaten Trenggalek.

Dalam materinya, Prof. Hesti Armiwulan mengawali dengan mengulas perjalanan Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, dilanjutkan dengan pembentukan UUD 1945, dan dinamika politik selama Orde Lama, Orde Baru, hingga masa reformasi. Beliau menekankan bahwa memahami sejarah merupakan kunci penting dalam memperkuat wawasan kebangsaan.

“Indonesia sebagai sebuah negara diawali dari proklamasi kemerdekaan, dan keesokan harinya kita memiliki Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dokumen konsensus nasional. Sejak saat itu, kita memiliki presiden yang memimpin hingga tahun 1966 pada masa Orde Lama, kemudian digantikan oleh Presiden Soeharto pada masa Orde Baru yang menggunakan UUD 1945 yang diberlakukan melalui dekrit presiden, dan menjabat hingga reformasi tahun 1998,” jelas Prof. Hesti.

Beliau menekankan pentingnya memahami amandemen UUD 1945 dan peran MPR sebagai lembaga negara, yang anggotanya termasuk ketua MPR berasal dari DPR dan anggota partai politik. Selain itu, Prof. Hesti menyoroti peran UUD 1945 sebagai konsensus nasional yang harus menjadi pegangan bagi ormas, terutama perempuan.

“Sebentar lagi kita akan menyongsong 1 abad Negara Indonesia pada tahun 2045. Dengan bonus demografi yang kita miliki, generasi muda adalah harapan bangsa yang harus kita lindungi dari ancaman intoleransi, kapitalisme, dan radikalisme,” ujar Prof. Hesti.

Dalam seminar tersebut, dilakukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi Indonesia. Kekuatan utama bangsa Indonesia terletak pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, seperti Pancasila, tujuan nasional, Bhinneka Tunggal Ika, dan cita-cita bangsa Indonesia.

“Kekuatan kita harus dipahami dan dijadikan landasan untuk mencapai Indonesia yang merdeka, bersatu, adil, dan makmur di usia 100 tahun. Kita juga harus memanfaatkan peluang yang ada, seperti letak geografis yang strategis dan kekayaan sumber daya alam yang melimpah,” kata Prof. Hesti.

Beliau juga mengingatkan bahwa kelemahan yang dihadapi, seperti rendahnya kualitas sumber daya manusia dan kecenderungan primordialisme, dapat menjadi ancaman serius jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, peningkatan wawasan kebangsaan menjadi sangat penting.

“Untuk mencapai 100 tahun Indonesia, kita harus memahami dan mewujudkan cita-cita nasional dengan meningkatkan wawasan dan kompetensi kita, serta membina persatuan dan kesatuan,” tambah Prof. Hesti.

Prof. Hesti menegaskan bahwa demokrasi di Indonesia berdasarkan Pancasila, berbeda dengan demokrasi liberal. Demokrasi Pancasila mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat tanpa memandang mayoritas atau minoritas, seperti yang terjadi dalam sidang BPUPKI yang menghasilkan Piagam Jakarta.

“NKRI harga mati karena Indonesia adalah negara persatuan, bukan negara federal. Kepemimpinan di Indonesia dipilih secara demokratis, bukan turun-temurun,” tegasnya.

Beliau menutup seminar dengan mengingatkan bahwa Pancasila sebagai identitas nasional harus selalu dikontestasikan dengan Bhinneka Tunggal Ika. Keberagaman di Indonesia harus dihormati dan dijalani dengan semangat kebersamaan dan toleransi.

Seminar ini diharapkan mampu memperkuat wawasan kebangsaan dan pemberdayaan ormas perempuan dalam mendukung cita-cita nasional Indonesia menuju 100 tahun kemerdekaan pada tahun 2045.

Candra Dwi Aprida, Sekertaris Umum Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Trenggalek.

Sebarkan Dakwah